Penyesalan Untuk Pelangi (by: Dety Lova)

hay sahabat remaja :)
aku datang bawa cerpen baru, udah pernah di post sih di fb pribadi

dbaca yah, jangan lupa tinggalkan jejak :)

“Allahhu akbar, Allahhu Akbar” terdengar adzan shubuh berkumandang, aku lekas bangun dari kurungan selimut tebal yang menjagaku dari dinginnya malam, aku segera bergegas kekamar mandi untuk mengambil air wudhu. Setelah selesai membasuh wajahku, ku segera bangkit menuju mushola kecil yang terletak di sebuah sudut rumahku yang sederhana ni, disana kulihat Ayah tengah tersenyum padaku, aku pun membalas senyumannya.

“udah wudhu nak? Ayo kita shalat berjamaah” Tanya Ayah padaku “iya yah” balasku sambil tersenyum
***
“yah, aku berangkat sekolah dulu yah, assalamualaikum” pamitku pada Ayah sambil mencium punggung tangan Ayah, “walaikum salam, hati hati yah nak” jawabnya padaku

Aku segera pergi dengan sepeda tua pemberian ayah waktu ulang tahunku dulu, aku memang selalu berangkat dengan sepeda ini, Meskipun banyak orang yang mencibir dan menghinaku tapi aku tak peduli dengan semua itu karena tugasku hanya sekolah dan menuntut ilmu bukan untuk pamer kekayaan.

“hay ngi” sapa Yoga dan Winna saat aku tiba di sebuah bangunan besar yang bertuliskan SMA BINTANG.“hay juga “ jawabku seraya tersenyum “masuk yuk” ajak Winna, “yuk” ucap ku dan Yoga serempak
***
“rumus-rumus tadi bikin aku pusing, gak ada tuh satupun yang nyangkut di otak ku” oceh Yoga sambil memasukan bubu-buku ketasnya setelah pelajaran matematika berakhir.“sama ga, aku juga pusing. Menurut kamu gimana ngi?” Tanya winna, “gak usah ditanya kali nna, Pelangi kita ini kan master matematika jadi gak mungkin lah kalo dia pusing” timpal Yoga sembari tersenyum jail padaku “ah gak gitu juga kali Yoga, kalo kita mau berusaha semua pasti mudah kok, asal kita mau lakuin itu semua dengan senang hati dan yang pastinya kita harus ikhlas” ucapku panjang lebar, “siip deh ustadzah pelangi, oya ngi ajarin kita dong yah, please aku bener-bener gak ngerti nih” ucap Winna memohon “iya ngi, bantuin kita yah” lanjut Yoga “untuk sahabat-sahabat terbaiku, apasih yang engga” jawabku sambil tersenyum manis pada mereka, “makasih Pelangi ku sayang, kalo gitu pulang sekolah kerumah aku yah, belajarnya dirumah ku aja” kata Winna “oke” jawabku
***
Bel pulang kini telah berbunyi, sesuai janji kita tadi kalau hari ini kita bakal kerumah Winna untuk belajar bareng.Akupun segera merogoh sakuku dan mengambil handphone butut ku. Aku segera mengetik sebuah pesan singkat pada ayah kalau hari ini aku akan pulang telat, setelah mendapat balasan dari ayah aku merasa tenang dan kami langsung berangkat kerumah winna.

Aku, Yoga dan Winna kini sudah tiba disebuah rumah mewah, rumah yang sungguh cantik dengan halaman depan yang dipenuhi dengan bunga-bunga yang sangat cantik pula. Yah rumah siapa lagi kalau bukan rumah Winna. Kadang aku suka minder sama mereka aku merasa aku tak pantas menjadi sahabat untuk mereka, tapi mereka selalu bilang kalau mereka tulus bersahabat denganku, tanpa memandang status sosial kami. Ya Allah betapa baiknya mereka semoga engkau selalu melindungi mereka Ya Rabb, amin.

“eh ada kalian” ucap seorang perempuan cantik dengan jilbab yang dikenakannya “aku yang ngundang mereka kak, aku dan Yoga minta diajarin sama pelangi” jawab Winna pada perempuan tadi yang ternyata kakanya yang bernama Zafira. Kak Fira ini orangnya cantik tak kalah cantiknya dengan Winna, orangnya ramah dan murah senyum. “yasudah kalian lanjutin yah belajarnya, kakak buatin cemilan buat kalian” ucap kak Fira “oke kak” jawab kami serempak
Aku terus mengajari Winna dan Yoga semampuku sampai mereka mengerti, aku juga memberi latihan pada mereka berdua, semoga saja dengan kemampuanku ini bisa membantu mereka. “gimana ngi?” Tanya Winna yang sudah tak sabar ingin melihat hasil latihannya “kalian berdua hebat, semuanya betul ” ucapku sambil memberikan kertas latihan mereka “yeeyy, makasih yah pelangi” kata Yoga dan Winna serempak, “makanan dataang” teriak kak Fira, sambil membawa nampan berisi pisang goreng untuk kami bertiga, “makasih kak” ucap kami bertiga

***
“assalamualaikum, yah aku pulang” ucapku setelah tiba dirumahku “wa’alaikumsalam” kulihat Ayah sedang asyik menonton siaran televisi, aku pun menghampiri ayah dan duduk disampingnya “gimana, sukses jadi guru privat nya?” Tanya ayah sambil tersenyum jail padaku, yang berhasil membuat pipiku merah menahan malu “ah ayah ini apaan sih, aku kan cuma bantu mereka berdua saja” jawabku pada ayah yang sedari tadi menggodaku

“oya mba Saskia,menurut kabar burung yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik menyebutkan bahwa anda dulu sebelum masuk dunia entertaiment anda pernah menikah dan mempunyai seorang putri apa benar begitu?” kudengar suara seorang presenter yang tengah mewawancarai seorang penyanyi cantik yang kini tengah naik daun, aku pun menoleh dan menyimak pembicaraan mereka begitupula dengan ayah

“oh itu tidak benar, saya sama sekali belum pernah MENIKAH apalagi mempunyai seorang putri, kabar itu hanya bohong belaka” sanggah penyanyi cantik itu sambil memberi penekanan disetiap kalimat yang ia lontarkan, dengan sangat kesal aku langsung mengambil remote dan memindahkan nya pada chanel lain

“kenapa dipindahin?” Tanya ayah heran dengan sikapku “untuk apa kita nonton acara yang hanya membuat kita sakit hati, dia memang tega ya yah” ucapku dengan suara parau “pelangi kamu gak boleh gitu nak, bagaimanapun juga dia tetap ibu kamu nak” nasihat ayah dengan lembut, aku tau hati ayah lebih sakit dariku, aku lihat semua itu terpancar dar wajah ayah tapi itulah ayah ia selalu tegar didepanku.

Ya tadi adalah siaran infotaiment yang sedang mewawancarai seorang penyanyi yang kini tengah di elu-elukan oleh masyarakat, sungguh setiap perkataan yang keluar dari mulutnya itu sangat menyayat hati. Tuhan sebegitu hinakah aku dan ayah sampai ia tega berbicara seperti itu? tak mengakui kejujuran hanya untuk sebuah kepopuleran.Ya Rabb apakah hatinya sudah sebegitu kerasnya sampai ia tega melukai hatiku dan ayah. Haruskah aku masih menganggap ia seorang IBU? Seorang ibu yang harus aku hormati?Seorang ibu yang harus aku sayangi? Kalau iya, tapi untuk apa? Bukankah ia sudah tak menganggapku sebagai Putrinya lagi, bukankah ia telah memberi pengakuan kalau ia tak pernah ada ikatan keluarga dengan kami, lantas untuk apa aku melakukan semua itu?

***
Dear ibu,

Ibu, apa kau sudah tak ingat pada putrimu ini? Putri kecil yang telah kau sia-siakan selama belasan tahun, yang hidup tanpa kasih sayang dan belaian cinta darimu bu. Ibuapa pernah kau menyebut namaku dalam setiap sholat yang kau dirikan? Apa pernah engkau mendo’akanku seperti aku yang selalu mendo’akanmu agar Allah selalu menjagamu? apa kau selalu ingat padaku saat kau tengah sibuk dalam rutnitasmu?apakah engkau selalu mengkhawatirkanku saat aku sudah makan atau belum, saat aku sudah pulang sekolah atau belum?
Ibu sungguh aku begitu merindukanmu, dulu kau adalah wanita solehah yang selalu cantik dengan jilbab yang kau kenakan, engkau yang selalu menyuruhku untuk shalat dan mengaji, kau yang selalu mengingatkanku untuk menjaga perasaan orang lain dan tidak menyakiti hatinya, tapi kini? Kau berubah bu berubah drastis, jilbab yang selalu setia menemanimu kini telah kau lepas, bahkan kini auratmu sudah tak kau jaga, malah kau berlomba-lomba dengan mereka untuk menampilkan aurat yang harusnya kau jaga, kau bilang ku harus selalu menjaga pearasaan orang lain dan tak melukai hatinya tapi kenapa kini kau menjilat ludahmu sendiri bu? sadarkah bu, perkataanmu sungguh menyakitkan, apa yang salah dariku bu sehingga kau tak mau mengakui kalau aku adalah darah  dagingmu, kenapa?

“pelangi ayo shalat isya dulu nak” panggil ayah yang membuatku mengakhiri tulisanku di diary biru milikku. Aku segera menutup diary ku lalu kusimpan di laci meja belajarku dan bergegas menghampiri ayah yang sedari tadi menungguku untuk shalat berjamaah.

***
Matahari pagi kini telah terbit di ufuk timur, ayam jago berkokok membentuk sebuah irama yang sangat indah tuk didengar, selepas shalat shubuh aku segera keluar rumah disana sudah ada Yoga dan Winna yang menungguku untuk lari pagi, kebetulan hari ini adalah hari minggu jadi aku dan kedua sahabatku menyempatkan untuk lari pagi bersama.

“eh semalem liat infotaiment gak? Ituloh yang mewawancarai penyanyi yang lagi naik daun Saskia Darma” ucap Winna disela-sela perjalanan kami, deg jantungku serasa berhenti, nama itu lagi? Kenapa harus diucpakan terus sih “dasar cewek, pagi-pagi udah ngegosip” kata Yoga tanpa menoleh “biarin weeww” balas Winna sambil menjulurkan lidahnya kearah Yoga “kok jadi berantem cuma karena artis sih, udah ayo kita lanjutin lagi” ucapku mencairkan suasana
Sekitar satu jam aku, Yoga dan  juga Winna lari pagi, akhirnya kini kami sudah sampai disebuah bangunan sederhana, rumah siapa lagi kalau bukan rumahku.

“kalian udah pulang? Ayo masuk ayah udah buatin nasi goreng special untu kalian” ucap ayah diambang pintu, “oke boss” jawab kami serempak “wah nasi goreng nya enak yah, aku boleh nambah gak?” ucap Yoga sambil melahap nasi gorengnya, “wooo maunyaa” teriak ku dan Winna diikuti tawa dari kita semua

Aku sungguh bahagia ya Allah, hidupku sudah sempurna meskipun tanpa sosok ibu disampingku, aku bersyukur karena aku dikelilingi orang-orang yang sayang padaku, terlebih ayah yang selalu menyayangi dan melindungiku, ayah yang selalu memberikan yang terbaik untuku meskipun ku tau tak mudah untuk melewati kejamnya hidup ini. Yoga dan Winna, kalian tau aku beruntung bisa punya sahabat kaya kalian yang selalu ada disaat aku suka dan duka, meski ku tau keadaan kita sangatlah berbeda tapi kalian tak pernah peduli itu.Ya Allah semoga engkau selalu menyayangi dan melindungi mereka, jaga mereka Tuhan jangan pernah kau biarkan mereka terluka biarkanlah luka itu datang padaku asal jangan mereka ya Rabb.

***
Uhuk uhuk, kudengar suara batuk di sebelah kamarku, suara itu semakin keras siapa yang batuk? Tanpa pikir panjang aku pun mencari asal suara itu, dibalik tirai biru kulihat seorang pria paruh baya tengah bersimpuh di atas sajadah dengan mengangkat kedua tangannya, sepertinya ia tengah berdo’a pada sang Kuasa

“ya Allah ya Tuhanku, terimakasih Kau masih memberikanku kesempatan untuk hidup, terimakasih karena Kau telah memberikanku putri yang cantik dan sholehah, ya Allah hamba mohon jagalah putriku agar selalu berada dijalan yang engkau Ridho’i, hilangkan semua beban yang menimpanya. Ya Allah berikanlah hamba kesempatan untuk menjaganya, agar hamba bisa menjadi ayah sekaligus ibu baginya. Aminn”hey ia adalah ayahku, ia tengah berdoa untuk putri nya dan itu aku, ayah aku sangat menyayangimu, ya Allah panjangkanlah umurnya agar aku bisa membahagiakannya

Tok tok tok, kudengar suara ketukan pintu, siapayang bertamu? Aku segera menghapus linangan air mata yang membasahi pipiku dan segera membukakan pintu “assalamualaikum” ucap seseorang dibalik pintu “wa’alaikum salam, mau cari siapa?” jawabku sambil membukakan pintu “apa benar ini kediaman bpk Sukmo Jaya” ucap seseorang itu “benar, anda siapa?” tanyaku “saya hanya mau mengantarkan titpan ini” lanjutnya lagi sambil memberikanku kotak berukuran besar “dari siapa?” tanyaku heran “maaf saya tidak bisa memberitahu siapa pengirimnya, silahkan mba tanda tangan dulu sebagai bukti” kata orang itu sambl menyodorkan secarik kertas dan pena padaku “terimakasih mba, permisi” kata orang itu sambil berlalu pergi setelah aku menandatangani kertas itu, dengan tampang heran aku segera masuk kedalam rumah dan memberikan ini pada ayah “ayah ada kiriman nih” panggilku setengah teriak “kiriman apa ngi?” Tanya ayah yang segera duduk dikursi “aku gak tau yah, buka aja nih” jawabku sambil duduk disamping ayah seraya memberikan bingkisan itu “hah baju? Eh yah ada suratnya juga” ucapku heran lalu mengambil kertas itu dan membacanya “MAAF” aku mengerutkan keningku, apa maksud dari surat itu? “loh, maksudnya apa ini yah, kenapa orang itu bilang maaf?” tanyaku dengan mimik heran “ayah juga gak tau nak” jawab ayah dengan wajah keheranan

***
Setelah kirman pertama tempo hari, kini setiap hari petugas pos itu selalu datang kerumahku dengan tujuan yang sama pula, mengirimkan sebuah bingkisan yang tak tau dari siapa dan dari setiap bingkisan itu selalu ada suratnya tapi isinya hanya sebuah kata  MAAF, ah entahlah sampai sekarang aku dan ayah belum juga mengerti apa maksud semua itu.
Tok tok tok, suara ketukan pintu lagi, siapa ya? Apa petugas pos itu lagi? Tapi mana mungkin dia kan baru saja pergi, ah sudahlah lebih baik kulihat saja

“cari sia..” ucapanku terpotong saat aku lihat siapa orang yang bertamu kerumahku, wanita itu lagi? Untuk apa dia datang kesini, untuk mencaci maki ku? Atau mau memamerkan kekayaan nya? “mau apa anda kesini?” tanyaku ketus tanpa menoleh ke arah wanita itu “pelangi, kamu cantik sekali nak” ucap wanita itu seraya ingin memeluku tapi aku menahannya “jangan sentuh saya” ucapku sedikit membentak, wanita itu lalu mengurungkan niatnya “untuk apa anda kesini, mau mencaci maki saya dan ayah saya?” lanjutku sambil melipat kedua tangan didadaku “pelangi, maafin ibu nak ibu tau ibu salah” ujar wanita itu sambil menundukan wajahnya “jangan panggil saya nak, karena saya bukan anak anda karena anda gak pernah punya anak dan anda belum pernah menikah iya kan?” ucapku dengan suara bergetar, jujur saat itu aku ingin sekali menangis tapi aku tahan air mataku karena aku tak mau terlihat lemah didepan orang yang selama ini menyia-nyiakanku “pergi, saya gak mau lihat muka anda dan jangan pernah sekali-kali lagi anda menginjakan kaki anda dirumah saya, ngerti” ucapku dengan suara meninggi “tapi nak” cegah wanita itu “pergiiiiiiiiiii” teriaku sekencang mungkin, aku pun segera masuk kedalam rumah dan membanting keras pintu rumahku.

Ya Allah kenapa dia harus hadir lagi? Membangunkan semua luka yang selama ini berusaha ku kubur dalam hidupku,apasikapku tadi berlebihan ya Allah? Maaf kan aku Tuhan tapi sungguh aku sudah tak mampu menahan semua luka ini, aku sudah tak bisa menahan emosiku lagi.

***
Kini aku tengah duduk disebuah kursi yang berada Disebuah ruangan yang bertuliskan XI-IPA1, pikiranku melayang-layang mencari sebuah jawaban hati yang gelisah ini.Entah aku harus bahagia atau terluka?

“Pelangiiii” teriak Winna dan Yoga yang membuyarkan lamunanku “eh iya apa?” jawab ku dengan polos “kamu kenapa sih ngi, dari tadi ngelamun terus kamu ada masalah?” Tanya Yoga dengan lembut “aku gak papa kok, maaf deh udah buat kalian khawatir” jawabku sekenanya dengan senyum paksaan.

Setelah berjam-jam berkutat dengan materi yang cukup membuat kepala pusing, aku dan kedua sahabatku pun segera pulang, sebenarnya tadi Yoga ngajak aku dan Winna untuk main kerumahnya tapi aku sedang malas untuk bermain, aku sedang ingin menenangkan pikiranku

“maaf ya ga aku gak bisa main kerumah kamu, aku pergi dulu ya assalamu’alaikum” pamitku pada Yoga dan Winna “wa’alaikumsalam” jawab Yoga dan Winna

Sepanjang perjalanan pulang, aku terus memikirkan kejadian kemarin, saat aku memarahi dan membentak wanita itu, jujur aku tak mau melakukan itu tapi keadaanlah yang mengharuskanku melakukan semua itu, tak terasa kini aku sudah sampai dirumah sederhana yang sudah belasan tahun aku tempati bersama ayahanda ku tercinta, eh tunggu itu siapa di depan teras rumahku, hah wanita itu lagi? Mau apalagi dia?Dengan sangat malas aku pun menghampiri wanita itu.

“untuk apalagi anda datang kesini?” tanyaku pada wanita itu tanpa memberi salam terlebih dahulu “Pelangi, maafin ibu nak ibu tau ibu salah udah ninggalin kamu sayang” ucap wanita itu sambil meneteskan air matanya “apa anda, yang selama ini selalu mengirimkan bingkisan untuk saya dan ayah?” tanyaku memastikan “iya nak itu dari ibu, gimana kamu suka sama hadiahnya?” Tanya wanita itu, kulihat matanya berbinar “oh ternyata dugaan saya selama ini benar, jadi anda yang selama ini mengirimkan bingkisan itu untuk kami, tunggu sebentar” aku segera memasuki rumahku untuk mengambil sesuatu “nih, saya dan ayah saya tidak butuh ini semua, jangan anda kira dengan semua barang-barang mewah yang anda berikan bisa membuat kami bahagia dan melupakan semua kesalahan anda? Anda salah besar justru kami lebih senang dengan hidup kami yang sederhana tapi penuh dengan cinta, silahkan anda ambil barang-barang anda, anda gak usah khawatir kami belum menggunakan barang-barang itu” ucapku panjang lebar dengan suara yang sudah bergetar “Pelangi, ibu tau ibu salah udah menelantarkan kamu dan ayah kamu, tapi tolong maafkan ibu nak, Tuhan saja bisa memaafkan umatnya tapi kenapa kamu engga, ibu mau berubah sayang tolong maafin ibu” ucapnya sambil berlutut dihadapanku.

“anda tau semenjak kepergian anda dulu saya sangat terpukul, apa anda bisa bayangin bocah 5tahun yang masih butuh bimbingan dan kasih sayang dari seorang ibu tega engkau tinggalkan?setiap hari saya menangis, setiap hari saya selalu menunggu di teras rumah hanya untuk anda, berharap anda mau kembali dan merubah semua keputusan anda, tapi apa yang saya dapat? Sampai saya berumur 16 tahun baru detik ini anda kembali? Hanya untuk menunggu anda saja butuh penantian bertahun-tahun lamanya,apa anda pernah memikirkan saya? Kenapa baru sekarang anda menyadarinya?Kesakitan ini bertambah pahit saat saya dengar disebuah acara televisi yang sedang mewawancarai anda, anda bilang anda tak pernah memiliki seorang putri bahkan anda bilang belum pernah MENIKAH, belum pernah.Apa anda bisa rasain kesakitan yang saya dan ayah rasakan? Kenapa baru sekarang? Kemana saja anda selama ini?” jelasku panjang lebar, kini buliran buliran bening itu mulai membasahi pipiku

“sayang ibu tau seharusnya ibu tidak melakukan semua itu, dulu ibu terlalu dibutakan oleh harta sampai ibu harus menutup mata dan telinga ibu, perihal ibu yang tidak mengakui itu, kamu tau ibu juga tak mau melakukan semua itu, tapi itu sebuah konsekuensi yang harus ibu jalani dari sebuah pekerjaan ibu, ibu mohon sayang maafkan ibu” jujur nya padaku, ah hati ini kembali terluka seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum sungguh kenyataan hidup yang menyakitkan
“pelangi anakku,apa ayah pernah mengajarkan kamu untuk tidak memaafkan orang yang bersalah? sayang ibu kamu sudah jujur pada kita ia sudah menyesal nak.loh bukannya dulu waktu kamu ulang tahun kamu pernah make a wish kalau suatu saat nanti kamu bisa ketemu sama ibu kamu, dan sekarang semua terwujud kan? Ayolah jangan menjadi seorang pendendam Allah gak suka itu nak” nasihat ayah yang tiba-tiba datang
“mas Sukmo? Mas maafkan aku, aku memang pantas mendapatkan semua balasan ini” ujar wanita itu sambil berlutut dihadapan ayah “sudahlah Sas, aku sudah memaafkanmu jauh sebelum kamu meminta maaf, bangunlah” ucap ayah sambil membantu wanita itu berdiri

Ya Allah begitu mulianya ayahku, aku bersyukur bisa mempunyai pahlawan seperti dia, dia masih bisa tegar dan bisa memaafkan orang yang telah mencampakkan nya selama belasan tahun, lantas kenapa aku tidak bisa?
“gimana nak, kamu mau kan maafin ibu kamu?” Tanya ayah. Aku tak menjawab pertanyaan ayah, aku masih terus berselancar diatas lamunanku “sudahlah, mungkin ini takdir untuku. Maafkan ibu pelangi” wanita ituberlalu meninggalkan aku dan ayah

Brukk, kudengar suara hantaman yang sangat keras, ku edarkan pandanganku mencari asal suara yang sangat keras terdengar di telingaku. Mataku terpaku pada sebuah titik, mulutku menganga tak percaya dengan apa yang kulihat, lidahku terasa kelu, kaki ku lemas sekali. Ya Allahapa yang barusan kulihat? Apa ini mimpi? Tidak ini bukan mimpi ini kenyataan.

“Saskiaaaa” teriak ayah sambil berlari, kulihat wajahnya tampak berkaca-kaca
Sementara aku?Aku masih berdiam diri tak bergeming, mengahadapi kenyataan pahit yang begitu menyakitkan, yakau tau yang kulihat tadi? Wanita itu, wanita yang dulu ku panggil IBU, wanita yang tadi ku bentak kini ia terkapar tak berdaya di jalanan, tubuhnya berlumuran darah, setelah ia terpental jauh ketika sebuah truk menabraknya. Aahh cobaan apalagi ini Tuhan?

“i.. ibu” aku menghampiri wanita itu, ku duduk disamping ayah yang tengah menangis tersedu, ku genggam erat tangan wanita itu, dingin dingin sekali “pe pelangi a na ku, ma af kan ibu nak, I bu sa yang ka mu” ucap wanita itu terbata sambil memegang lembut pipiku, aah kini air mataku sudah tak sanggup lagi kutahan, aku terisak penuh penyesalan “ibu, aku yang harusnya minta maaf, aku udah bentak ibu maafin aku bu, ibu bertahan yah jangan tinggalin aku lagi” ucapku sambil mempererat genggamanya “ibu ha rus pergi sayang, pelangi kamu pakai ini yah nak” ucapnya lirih sambil menunjukanku sebuah kalung bermotif pelangi, sungguh cantik sekali “aku akan pakai ini, tapi aku mohon ibu jangan pergi yah?” “ma af sa yang tapi ibu ha rus pergi, mas suk mo ma afkan a ku mas” ucapnya sambil tersemyum “gak saskia kamu harus bertahan” ucap ayah dengan suara paraunya “ashadu ala ilaha ilallah” itulah kalimat terakhir yang ia ucapkan, sebelum akhirnya ia kembali pada sang kuasa “ibuuuuuuu” teriakku sambil mengguncangkan tubuhnya

Ibu kenapa kau harus tinggalkan aku lagi? Ya Allah ni semua salahku, harusnya tadi aku tak bersikap seperti itu, harusnya tadi aku bersikap sopan dan menghormatinya. Kenapa aku baru menyadarinya sekarang, kenapa harus ia pergi dulu baru aku sadar akan semuanya? Ibu ampuni aku.
***
Hujan kini turun dengan derasnya, membasahi tubuhku yang masih diam disebuah gundukan tanah yang belum kering ini, di sebuah batu nisan yang bertuliskan SASKIA DARMA aku bersimpuh, meratapi penyesalan yang tak akan pernah terlupakan selama hidupku, kehilanagn ibu untuk yang kedua kalinya, dan ini sangat menyakitkan, sangat-sangat menusuk hatiku perih rasanya harus menghadapi kenyataan pahit ini.

“ibu, ampuni anakmu ini, maaf karena aku tak bisa jadi anak yang baik untukmu, aku memang durhaka padamu, aku lebih mementingkan egoku daripada kau yang berusaha setengah mati untuk mendapat maaf dariku, maafin aku ibu semoga kau tenang di syurga. Ya Allah terimalah malaikat hatiku ini disisi-MU, tempatkan ia bersama orang-orang beriman” gumamku dalam hati, mengharap pada sang Kuasa

“pelangi ayo kita pulang” ucap ayah sambil memapahku untuk berdiri
Selamat tinggal ibuku tercinta, WE LOVE YOU SO MUCH

_THE END_

http://www.facebook.com


Category Article

What's on Your Mind...